MAKALAH
“ATONIA
UTERI”
Kata Pengantar
Dengan
mengucapkan puji syukur kehadirat allah SWT, dan berkat rahmat dan izinnya juga
penulis telah dapat menyelesaikan makalah sesuai dengan waktu yang ditetapkan
dengan judul “Perdarahan post partum akibat atonia uteri”. Tujuan pembuatan
makalah ini agar bermanfaat bagi kita semua. Sehubungan dengan hal ini, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang dalam kepada dosen
pembimbing mata kuliah asuhan kebidanan 3.
Penulis
sangat penyadari bahwa, penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengaharapkan masukan, saran dan kritik yang menunjang
untuk kesempurnan makalah ini .
Mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat bagi kita semua dan bagi siapa saja yang memerlukannya.
Padang, oktober 2011
Penulis
Daftar Isi
Kata pengantar ................................................................
i
BAB I Pendahuluan
1.1
Latar belakang
................................................ 1
1.2
Rumusan masalah
.......................................... 1
1.3
Tujuan .............................................................
1
BAB II Pembahasan
2.1
Pengertian perdarahan atonia uteri ................... 2
2.2
Penyebab atonia uteri ....................................... 2
2.3
Gejala klinis atonia uteri .................................... 3
2.4
Pencegahan atonia uteri ................................... 3
2.5
Penanganan atonia uteri ................................... 3
BAB III Penutup
3.1
Kesimpulan ....................................................... 10
3.2
Saran ................................................................ 10
3.3
Tinjauan kasus .................................................. 11
Daftar Pustaka
BAB
I
Pendahuluan
1.1 Latar
belakang
Atonia uteri merupakan penyebab
terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering
untuk melakukan histerektomi peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme
utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan.
Perdarahan pospartum secara fisiologis
dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh
darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi
apabila serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi.
Atonia uteri dapat disebabkan oleh
overdistention uterus seperti: gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas
tinggi. Umur yang terlalu muda
atau terlalu tua. Multipara
dengan jarak keahiran pendek.Partus lama / partus
terlantar.Malnutrisi, Dapat juga karena
salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya belum
terlepas dari uterus.
1.2
Rumusan masalah
·
Apa pengertian atonia uteri?
·
Apa penyebab terjadinya atonia
uteri?
·
Apa gejala klinis atonia uteri?
·
Bagaimana pencegaha atonia uteri?
·
Bagaimana penanganan atonia uteri?
1.3
Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami tentang
perdarahan post partum akibat atonia uteri, baik dari pengertian, penyebab,
gejala klinis, pencegahan dan penanganannya.
BAB II
Pembahasan
Atonia
uteri
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan
pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan
histerektomi peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk
mengontrol perdarahan setelah melahirkan.
Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh
kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang
memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila
serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi.
2.1 Pengertian
Atonia
uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan
Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2002)
2.2 Penyebab
a. Regangan
rahim berlebihan karena kehamilan gemeli, polihidramnion atau anak terlalu
besar.
b. Kelelahan
kaerna persalinan lama.
c. Kehamilan
grande-multipara.
d. Ibu
dengan keadaan umum yang jelek, anemis atau menderita penyakit menahun.
e. Mioma
uteri yang mengganggu kontraksi rahim.
f. Infeksi
intrauterin (korioamnionitis)
g. Ada
riwayat pernah atonia uteri sebelumnya.
2.3 Gejala
klinis
a. Uterus tidak berkontraksi dan lembek
b. Perdarahan segera setelah anak lahir (post partum primer)
2.4 Pencegahan
Atonia uteri
Pemberian oksitosin rutin pada kala
III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat
mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Menejemen aktif kala III
dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan
transfusi darah.
Kegunaan utama oksitosin sebagai
pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan
tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin. Pemberian oksitosin paling bermanfaat untuk
mencegah atonia uteri. Pada manajemen kala III harus dilakukan pemberian
oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit
IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam.
Analog
sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai
uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum dini. Karbetosin
merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40
menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit. Penelitian di Canada membandingkan
antara pemberian karbetosin bolus IV dengan oksitosin drip pada pasien yang
dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif
dibanding oksitosin.
2.5
Penanganan atonia uteri
a.
Penanganan umum
Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan
siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
·
Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk
tanda vital(TNSP).
·
Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan.
Jika tanda -tanda syok tidak terlihat, ingatlah saat melakukan evaluasi lanjut
karena status ibu tersebut dapat memburuk dengan cepat.
·
Jika terjadi syok, segera mulai penanganan
syok.oksigenasi dan pemberian cairan cepat, Pemeriksaan golongan darah dan
crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
·
Pastikan bahwa kontraksi uterus baik:
·
lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan
darah. Bekuan darah yang terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi
uterus yang efektif. berikan 10 unit oksitosin IM
·
Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk.
·
Periksa kelengkapan plasenta Periksa kemungkinan
robekan serviks, vagina, dan perineum.
·
Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku
darah.
Setelah
perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa kadarHemoglobin:
·
Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari
20%( anemia berat):berilah sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg
ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan.
·
Jika Hb 7-11 g/dl: beri sulfas ferrosus 600 mg atau
ferous fumarat 60 mg ditambah asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama
6 bulan.
b. Penanganan
khusus
·
Kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia uteri.
·
Teruskan pemijatan uterus.Masase uterus akan
menstimulasi kontraksi uterus yang menghentikan perdarahan.
·
Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan
·
Jika uterus berkontraksi.Evaluasi, jika uterus
berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum /
vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera.
·
Jika uterus tidak berkontraksi maka :Bersihkanlah
bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & ostium serviks. Pastikan
bahwa kandung kemih telah kosong
Antisipasi
dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai kebutuhan.
Jika perdarahan terus berlangsung:
Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap;Jika terdapat tanda-tanda sisa plasenta (tidak adanya bagian permukaan maternal atau robeknya membran dengan pembuluh darahnya), keluarkan sisa plasenta tersebut.Lakukan uji pembekuan darah sederhana.Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya koagulopati.
Jika perdarahan terus berlangsung dan semua tindakan di atas telah dilakukan, lakukan:
Kompresi bimanual internal atau Kompresi aorta abdominalis
Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
Jika perdarahan terus berlangsung:
Pastikan plasenta plasenta lahir lengkap;Jika terdapat tanda-tanda sisa plasenta (tidak adanya bagian permukaan maternal atau robeknya membran dengan pembuluh darahnya), keluarkan sisa plasenta tersebut.Lakukan uji pembekuan darah sederhana.Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya koagulopati.
Jika perdarahan terus berlangsung dan semua tindakan di atas telah dilakukan, lakukan:
Kompresi bimanual internal atau Kompresi aorta abdominalis
Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
·
Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit,
keluarkan tangan perlahan-lahan dan pantau kala empat dengan ketat.Jika uterus
tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi
bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg
LM (jangan diberikan jika hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16
atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama
secepat mungkin; Ulangi KBI,Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama
selama kala empat.
·
Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera
Jika perdarahan terus berlangsung setelah dilakukan kompresi:
·
Lakukan ligasi arteri uterina dan ovarika.
·
Lakukan histerektomi jika terjadi perdarahan yang
mengancam jiwa setelah ligasi.
1)
Uterotonika :
a) Oksitosin
a) Oksitosin
merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus
posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat
seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin.
Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi,
tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani.
Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus dengan Larutan Ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM).
Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.
Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus dengan Larutan Ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM).
Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.
b) Metilergonovin maleat
merupakan
golongan ergot alkaloid yang dapat menyebabkan tetani uteri setelah 5 menit
pemberian IM.Dapat diberikan secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit
sampai dosis maksimum 1,25 mg, dapat juga diberikan langsung pada miometrium
jika diperlukan (IMM) atau IV bolus 0,125 mg.Obat ini dikenal dapat menyebabkan
vasospasme perifer dan hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan vomitus.
Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan hipertensi.
c) Prostaglandin (Misoprostol)
merupakan
sintetik analog 15 metil prostaglandin F2alfa.
Misoprostol dapat diberikan secara intramiometrikal, intraservikal, transvaginal, intravenous, intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg, yang dapat diulang setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2 mg. Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk mengatasi perdarahan pospartum (5 tablet 200 µg = 1 g).Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif tetapi dapat menimbulkan efek samping prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme yang disebabkan kontraksi otot halus, sbekerja juga pada sistem termoregulasi sentral, sehingga kadang-kadang menyebabkan muka kemerahan, berkeringat, dan gelisah yang disebabkan peningkatan basal temperatur, hal ini menyebabkan penurunan saturasi oksigen.Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada ibu dengan kelainan kardiovaskular, pulmonal, dan gangguan hepatik.
Efek samping serius penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar dapat hilang sendiri. Dari beberapa laporan kasus penggunaan prostaglandin efektif untuk mengatasi perdarahan persisten yang disebabkan atonia uteri dengan angka keberhasilan 84%-96%. Perdarahan pospartum dini sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri maka perlu dipertimbangkan pemakaian Uterotonika untuk menghindari perdarahan masif yang terjadi.
Misoprostol dapat diberikan secara intramiometrikal, intraservikal, transvaginal, intravenous, intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg, yang dapat diulang setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2 mg. Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk mengatasi perdarahan pospartum (5 tablet 200 µg = 1 g).Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif tetapi dapat menimbulkan efek samping prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme yang disebabkan kontraksi otot halus, sbekerja juga pada sistem termoregulasi sentral, sehingga kadang-kadang menyebabkan muka kemerahan, berkeringat, dan gelisah yang disebabkan peningkatan basal temperatur, hal ini menyebabkan penurunan saturasi oksigen.Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada ibu dengan kelainan kardiovaskular, pulmonal, dan gangguan hepatik.
Efek samping serius penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar dapat hilang sendiri. Dari beberapa laporan kasus penggunaan prostaglandin efektif untuk mengatasi perdarahan persisten yang disebabkan atonia uteri dengan angka keberhasilan 84%-96%. Perdarahan pospartum dini sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri maka perlu dipertimbangkan pemakaian Uterotonika untuk menghindari perdarahan masif yang terjadi.
2)
Kompresi Uterus Bimanual.
a) Peralatan :
a) Peralatan :
sarung tangan steril, dalam keadaan sangat gawat
lakukan dengan tangan telanjang yang telah dicuci bersih.
b)Teknik :
·
Basuh genetalia eksterna dengan larutan disinfektan,
dalam kedaruratan tidak diperlukan.
·
Eksplorasi dengan tangan kiri.
·
Sisipkan tinju kedalam forniks anterior vagina.Tangan
kanan (luar) menekan dinding abdomen diatas fundus uteri dan menangkap uterus
dari belakang atas.
·
Tangan dalam menekan uterus keatas terhadap tangan
luar,ia tidak hanya menekan uterus, tetapi juga meregang pembuluh darah aferen
sehingga menyempitkan lumennya.
Kompresi
uterus bimanual dapat ditangani tanpa kesulitan dalam waktu 10-15
menit.Biasanya ia sangat baik mengontrol bahaya sementara dan sering
menghentikan perdarahan secara sempurna.Bila uterus refrakter oksitosin, dan
perdarahan tidak berhenti setelah kompresi bimanual, maka histerektomi tetap
merupakan tindakan terakhir.
BAB
III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Atonia uteri merupakan
penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling
sering untuk melakukan histerektomi peripartum. Kontraksi uterus merupakan
mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan.
Atonia uteri dapat disebabkan oleh
overdistention uterus seperti: gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas
tinggi. Umur yang terlalu muda
atau terlalu tua. Multipara
dengan jarak keahiran pendek.Partus lama / partus
terlantar.Malnutrisi, Dapat juga karena
salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya belum
terlepas dari uterus.
3.2
Saran
Dalam penulisan makalah ini ,penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu,penulis berharap para
pembaca dapat memberi masukan terhadap penulis mengenai makalah ini.Atas saran
yang diberikan penulis ucapkan terima kasih.
Playcasino - Mapyro
BalasHapusPlaycasino in São 군산 출장안마 Salvador. Find reviews, compare customer ratings, see 남양주 출장샵 screenshots, see screenshots and read real 시흥 출장샵 customer reviews. 광주광역 출장샵 Rating: 3.7 · 18 군포 출장샵 votes